CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 22 Januari 2013

Kuncup Muara Diam

Hai. Aku mau ngepost puisi lagi nih. Tapi puisinya yang sekarang bahasanya aneh._. mungkin yang nge-dong puisinya cuma aku. Tapi ya... pokoknya selamat membaca:-)

Kuncup Muara Diam

Laun menyadap waktu,
Senyap mendekap rindu,
Ulur kau tarik sendu,

Rimbamu kau kuncup, mekar buasmu
Rimbun hirupku, kemudian kau gugur huluku
Rentanglah jembar hatimu
Sukmaku kau ikat pilu

Lisanmu mekar bisu,
Detakmu cumbu rembulan,
Hatimu memikuk sumbang,
Gersang menguncup mekar,

Jejak tak lampau, raga tak sampai, angin tak berimpi,
Sungkanku langkah sepi,
Layak muara ringkuh benak semu,
Resahmu kau buat cumbu,
Resahku ku buat rindu,

Ikat hatimu dengan belahmu,
Jerat satu menuai rindu,
Simpang buai menghelai belai,
Meneguh  janji, membungkam sepi,
kau dan candu barumu,

Membungkam rindu,
mencambuk uluh,
Diamku membisu, pikirku tak berkelu,
Hempas ujung tebing, tumpas terpa angin,

Ledak rasaku, tumpah lumbungku,
Menghulu di runtutan tawa,
Memuara di palung rasa,

Aku tak layu,
Peluk durimu, ruah piluku,
Rapuh retakku,
Arak gulita membendung basa,

Berada di antara mekar, aku layu dan berlalu,
Menunggu pulangmu di ribuan waktu.

Kamis, 10 Januari 2013

Aku?

Haloooo, nggak tau kenapa akhir-akhir ini aku suka nulis puisi. Dan pasti puisinya itu nggak jelas banget:| cuma mau nge-post aja, itung-itung nambah nambahin isi blog lah. Haha, selamat membaca:-)

Aku?

Biarkan aku mengalir semu,
Mengubur aku, lalu merekah aku
Lumbungmu tumpah aku,
Tenggelam batas palung, terselami ujung lautan

Dalam ribuan detik,
Aku masih bertalu memanggil keluhku, membangunkan rindu
Selami pelupuk matamu, rekahi tiap rona pipimu
Mengalir bagai senja biru, membasahi derai tawamu

Dalam detak,
Menghirup pakuan rindu, merundung pilu
Berselisih sendu, aku pulang
Dan apabila cahaya menjamah gulita, aku kembali

Memanggil kembali kejang rindu dari purukan ragu,
Rintikan peluh deras menyambar rindu,
Kembali satu meski terukir rapuh,
Lalu mengubur aku

Dalamnya jejalmu, membungkam aku
Merebah kuncup lihatmu, merekah tiap sakitmu
Mengakar aku,
Redup bibirmu, beku lisanmu
Mengarak juangmu, tumbuhkan aku

Aku?
Pagi yang kau bilang senja,
Sakit yang kau bilang bahagia,
Tangis yang kau ubah tawa,
Hampa yang kau ubah rasa,
Aku?
Sendu bahagia yang kau bilang cinta.